I. PENDAHULUAN
Allah SWT menciptakan manusia dalam bentuk yang paling sempurna jika dibandingkan dengan makhluk Allah yang lain. Sebagai makhluk yang sempurna dan sebagai khalifah dibumi manusia dituntut untuk berakhlak terpuji, karena dengan akhlak terpuji manusia akan selamat didunia dan diakhirat. Dengan demikian hendaklah menghias diri dengan akhlak terpuji dimanapun berada, dimulai dengan berbuat baik terhadap diri sendiri, lingkungan keluarga, dan masyarakat.
Salah satu akhlak terpuji yang harus dimiliki oleh setiap manusia adalah bersikap jujur, karena kejujuran akan membawa pada kebaikan. Kejujuran merupakan pilar keimanan. Kejujuran merupakan kesempurnaan, kemuliaan, saudara keadilan, sebaik-baiknya ucapan, dan hiasan perkataan.
II. PEMBAHASAN
A. Hadits tentang Jujur sebagai Prasarat Ilmiah dan Pahala Amaliah
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى اللّه عليه وسلم : عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَاِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا (اخرجه مسلم)
Dari Abdillah berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Kalian harus jujur, karena sesungguhnya jujur itu menunjukkan kepada kebaikan, dan kebaikan itu menunjukkan kepada surga. Seseorang yang senantiasa jujur dan berusaha untuk jujur akan ditulis disisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah oleh kalian dusta, karena sesungguhnya dusta itu menunjukkan kepada keburukan, dan keburukan itu menunjukkan kepada neraka. Seseorang yang senantiasa berdusta dan berusaha untuk berdusta akan ditulis disisi Allah sebagai seorang pendusta.”[1]
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو أَنَّ رَجُلًا جَاءَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا عَمَلُ الْجَنَّةِ قَالَ الصِّدْقُ وَإِذَا صَدَقَ الْعَبْدُ بَرَّ وَإِذَا بَرَّ آمَنَ وَإِذَا آمَنَ دَخَلَ الْجَنَّةَ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا عَمَلُ النَّارِ قَالَ الْكَذِبُ إِذَا كَذَبَ الْعَبْدُ فَجَرَ كَفَرَ وَإذَا كَفَرَ دَخَلَ يَعْنِي النَّارَ
(اخرجه أحمدفي الرسالة)
Dari Abdillah bin Umar bahwasanya seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW kemudian bertanya kepada Rasul. Apa itu amal surga? Rasul menjawab, “jujur, ketika seorang jujur maka dia telah melakukan perbuatan baik, dan bila ia berbuat baik maka dia akan aman/ selamat dan bila dia selamat, maka dia akan masuk surga.” Laki-laki itu bertanya, “Apa itu amal neraka?” Rasul menjawab, “Bohong, ketika seorang (hamba) berbohong maka dia telah berbuat salah. Ketika salah maka dia telah kafir dan apabila dia kafir maka dia masuk neraka.”
عَنْ أَبِي الحَوْارَءِ السَّعْدِيِّ قَالَ قُلْتُ لِلْحَسَنِ بْنِ عَلِي :مَا حَفِظْتَ مِنْ رَسُوْلِ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَمَ ؟ قَالَ حَفِظْتُ مَنْ رَسُوْلَ اللَّه صلى اللَّه عليه وسلم دَعُ مَا يَرِيْبُكَ إِلَى مَالَا يَرِيْبُكَ فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِيْنَةُ وَإِنَّ الْكَذِبَ رِيْبَةُ(اخرجه الترمذي)
Dari Abi Khauro’ As-Sa’di, berkata, “Saya pernah bertanya kepada Hasan bin Ali: ‘Apa yang anda jaga dari Rasul?’ Hasan menjawab, ‘Dari beliau saya menghapal (semua hadits), tinggalkan apa yang membuatmu ragu menuju apa yang tidak meragukanmu (meyakinkanmu). Sungguh, kejujuran itu menenangkan dan sebaliknya kebohongan itu (melahirkan) keraguan.”
B. Penjelasan Hadits tentang Jujur sebagai Prasarat Ilmiah dan Pahala Amaliah
Penjelasan Hadits:
عليكم بالصدق
Kata kata الصدق yang berarti jujur, terbagi dalam 6 bagian :
1. Jujur dalam berbicara yaitu tidak berbicara bohong
2. Jujur dalam niat yaitu ikhlas ( menjaga ma’na kejujuran dalam bermunajat atau mendekatkan diri kepada allah),
3. Jujur dalam bertekad (kemauan yang besar) pada hal yang baik yang telah kalian niatkan dalam artian menguatkan apa yang telah kita tekadkan
4. Jujur dalam menepati tekad yang kuat, kategori jujur kali ini ditujukan kepada penguasa yang mengumbar janji tatkala kampanye
5. Jujur dalam beramal, maksudnya ketika dalam keadaan tertutup atau rahasia maupun terang terangan dia berperilaku dan berkata sama
6. Jujur dalam maqomat seperti jujur dalam khauf dan roja’
Barang siapa yang dapat mempunyai sifat 6 tersebut maka seseorang tersebut mendapat predikat صديق , apabila hanya sebagian yang terpenuhi dari sifat jujur tersebut maka mendapat predikat صادق .
وقال الراغب : الصدق مطابقةالقول:الضمير والمخبرعنه
Ar roghib berkata jujur itu cocoknya berkataan dengan apa yang ada dihati kepada orang yang dikabari, apabila syarat tersebut tidak terpenuhi maka tidak disebut jujur tetapi sebaliknya yaitu bohong , seperti orang munafiq ketika berkata محمد رسول الله , dalam berbicara memang benar, jujur kepada yang dikabari tetapi dalam hatinya berbeda.
فان الصدق يهدي الى البر
Maksudnya bisa menyampaikan pada amal sholih, yang murni tanpa ada cela atau keburukan.
البر itu sebuah nama yang mencakup semua kebaikan, dan dikatakan pula bahwa البر بمعنى الجنة. Kebaikan disini dimaksudkan sebagai surga.
وان البر يهدي الى الجنة
وفي رواية اخرى :ان الصدق بر, وان البر يهدي الى الجنة
وما يزال الرجل يصدق
Selalu jujur dalam keadaan apapun dan melakukan kejujuran terus menerus.
ويثحرى الصدق, حثى يكثب عند الله: صديقا
واياكم والكذب فان الكذب يهدي الى الفجور وان الفجوريهدي الى النار
الفجور: berpaling dari istiqomah, juga dapat dikatakan meningkatnya kemaksiatan.
ومايزال الرجل يكذب ويتحرى الكذب حتى يكتب عندالله كذابا
Orang yang terus-menerus berbuat kebohongan akan dicap disisi Allah sebagai كذابا, orang yang كذاباdikenal malaikat sebagai ahli bohong, dan kebohongan tersebut akan disampaikan ke hati penduduk bumi (manusia), orang orang yang suka berbohong akan ditempeli sifat-sifat pembohong dan akan mendapatkan siksa.
Seorang hamba yang terus menerus berbuat kebohongan didalam hatinya akan ada satu titik, titik itu berwarna hitam, sehingga membuat hatinya menjadi hitam dan dicatat disisi allah sebagai pembohong.
Hadits ini menganjurkan agar selalu berkata jujur, sengaja berbuat jujur dan menikmati kejujuran, dan juga hadits ini memberikan peringatan agar takut berbicara bohong, mempermudah bohong, karena apabila sering mempermudah bohong akan memperbanyak dan menarik kebohongan kebohongan yang lain.[2]
Penjelasan Lain:
Kata shidq adalah bentuk intensif dari shadiq, dan berarti orang yang diresapi oleh kebenaran. Kata shadiq (orang yang jujur) sendiri berasal dari kata shidq (kejujuran). Derajat paling rendah kejujuran adalah jika batin seseorang serasi dengan perbutan lahirnya. Shadiq adalah orang yang benar dalam kata-katanya. Shidq adalah orang yang benar dalam semua kata-kata, perbuatan dan keadaan batinnya.[3]
Al-Raghib dalam kitabnya Mufradat Al-Qur’an mengatakan: kata al-shidq (kejujuran) dan al-kidzb (kedustaan, kebohongan) pada mulanya dipakai untuk bentuk ucapan -yang berlalu atau akan tiba, berupa janji atau bukan- dalam bentuknya berita, pertanyaan atau tuntutan. Dimana kejujuran adalah ketepatan antara ucapan, isi hati, dan realitas yang diberitakan, dimana apabila syarat itu tidak terpenuhi maka bukanlah kejujuran, tetapi kedustaan atau diantara kejujuran dan kedustaan, seperti ucapan orang munafik.[4]
Barangsiapa yang menginginkan pahala, niscaya mudah baginya patuh akan aturan Allah SWT. Tetapi barangsiapa yang menganggapnya remeh, yaitu adanya surga, niscaya berat baginya untuk melaksanakannya. Bersikap jujur sangatlah ringan bagi mereka yang menginginkan pahala yang besar.[5]
Rasulullah memilih kata yahdi (menunjukkan), karena kejujuran itu menarik kesurga, sebagaimana surga itu membawa keneraka. Beliau juga memilih kata al-fujur (kejahatan) karena kata tersebut mencakup segala bentuk kejahatan.[6]
Petunjuk (menunjukkan) ialah penunjukan untuk sampai tujuan. Kejahatan (al-fujur) ialah menyobek tutup keagamaan, atau diartikan sebagai kecondongan merusak dan semangat bermaksiat, yakni bahwa kata al-fujr mencakup semua keburukan, dimana asal kata al-fujr adalah bermakna sobekan yang luas.
Kejujuran atau kebenaran ialah nilai keutamaan dari yang utama-utama dan pusat akhlak, dimana dengan kejujuran maka suatu bangsa menjadi teratur, segala urusan menjadi tertib dan perjalanannya adalah perjalanan yang mulia. Kejujuran akan mengangkat harkat pelakunya ditengah manusia, maka ia menjadi orang terpercaya, pembicaraannya disukai, ia dicintai orang-orang, ucapannya diperhitungkan para pengusaha, persaksiannya diterima didepan pengadilan. Dengan ini Rasulullah SAW memerintahkan kita berkejujuran, sebagaimana juga Al-Qur’an memerintahkan kita didalam firman-Nya.[7]
Kebenaran dan kedustaan merupakan dua hal yang bertolak belakang. Kedustaan (al-kizb) merupakan final dari segala hal yang buruk dan sekaligus merupakan asal dari berbagai celaan (al-zamm) dengan segala natijah (hasil) yang jelek. Bertentangan dengan kedustaan yang mengarah cara berfikir yang negatif, maka kebenaran (as-shidq) adalah menginformasikan sesuatu sesuai dengan kenyataan, mengarah kepada cara berfikir yang positif.[8]